Pendampingan pekebun Kotim pastikan sawit sesuai standar internasional
Arsad Ddin
18 September 2024Pendampingan pekebun Kotim pastikan sawit sesuai standar internasional
Arsad Ddin
18 September 2024
Foto: RRI.co.id (Perkebunan sawit di Kalimantan Tengah/Istimewa)
Kotim, HAISAWIT – Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) terus menunjukkan komitmennya dalam mengembangkan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan. Dalam upaya ini, Pemkab Kotim bekerja sama dengan Yayasan Betang Borneo Indonesia untuk mendukung pengelolaan sawit rakyat yang lebih baik dan berdaya saing.
Kerja sama ini merupakan langkah penting dalam mendorong perkebunan yang ramah lingkungan serta memenuhi standar sawit berkelanjutan. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kotim, Sepnita, menjelaskan bahwa kolaborasi dengan Yayasan Betang Borneo Indonesia akan dimulai dengan pendataan serta pemetaan perkebunan sawit rakyat.
"Salah satu komitmen tersebut dengan melakukan kerja sama dengan Yayasan Betang Borneo Indonesia. Namun lebih dahulu dilakukan pendataan serta pemetaan perkebunan kelapa sawit menuju pengelolaan sawit rakyat berkelanjutan serta berdaya saing," ujarnya, seperti diberitakan dari laman resmi RRI, Selasa (17/09/2024).
Selain itu, Yayasan Betang Borneo Indonesia juga akan memberikan pendampingan kepada para pekebun sawit swadaya. Pendampingan ini bertujuan untuk membantu petani dalam menerapkan praktik-praktik yang lebih baik dan ramah lingkungan, sejalan dengan standar internasional untuk sawit berkelanjutan. Hal ini penting untuk memastikan bahwa sawit dari Kotim dapat diterima di pasar global yang semakin ketat dengan persyaratan lingkungan.
Di sisi lain, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Kalimantan Tengah turut mendukung upaya ini. Sekretaris Eksekutif GAPKI Kalimantan Tengah, Rawing Rambang, menyatakan bahwa sawit adalah salah satu sektor yang paling berkontribusi pada perekonomian di wilayah tersebut.
"Sehingga GAPKI sendiri memiliki program-program terkait pemasyarakatan sawit, dimana di dalamnya terdapat sawit yang ramah lingkungan, sehingga dapat diterima oleh masyarakat," ujarnya.
Menurut Rawing, kelapa sawit menjadi perhatian besar di dunia internasional karena persaingan dagang komoditas minyak nabati. Ia menambahkan bahwa penting bagi Indonesia, khususnya Kotim, untuk menunjukkan bahwa sawit yang diproduksi adalah ramah lingkungan dan memenuhi standar internasional.
Kerja sama antara Pemkab Kotim, Yayasan Betang Borneo Indonesia, dan GAPKI menunjukkan betapa pentingnya pendekatan holistik dalam mengelola sawit berkelanjutan. Diharapkan dengan langkah ini, perkebunan sawit di Kotim dapat terus berkembang dan berkontribusi positif terhadap perekonomian lokal dan nasional, sembari menjaga kelestarian lingkungan.***