Bali, HAISAWIT – Vice Chair on Research and Technology APROBI, Dr. Jummy BM Sinaga, menekankan potensi besar kelapa sawit dalam mendukung kemandirian energi Indonesia melalui pengembangan biodiesel B40.
Dalam diskusi pada rangkaian acara Pekan Riset Sawit (PERISAI) 2024 di BNDCC Nusa Dua, Kamis (03/10/2024), Dr. Jummy menyatakan bahwa biodiesel dari kelapa sawit memiliki kualitas yang semakin unggul, bahkan melampaui beberapa standar internasional.
“Dulu warna itu enggak jadi parameter. Tapi untuk keberterimaan warna bagi konsumen, maka warna diatur. Dari 7 parameter sekarang ada 23 parameter. Terkhusus untuk kadar air saya soroti, Eropa masih menggunakan 500 PPM kandungan air, Indonesia sudah 320 PPM saja. B40 Indonesia akan lebih baik lagi ke depannya,” ujar Dr. Jummy.
Menurutnya, pengembangan biodiesel B40 ini bukan hanya sekadar menambah nilai tambah pada produk kelapa sawit, tetapi juga mendorong Indonesia menjadi lebih mandiri dalam bidang energi. Hal ini merupakan langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil yang semakin menipis, sambil menjaga keberlanjutan lingkungan.
Di sisi lain, Dr. Jummy juga menyinggung tantangan dalam pengembangan biodiesel terkait fluktuasi harga bahan baku dan variabel biaya produksi. Menurutnya, ketidakpastian harga bahan seperti methanol, katalis, dan sodium metilet yang mengikuti pasar setiap hari dapat mempengaruhi kestabilan industri biodiesel.
“Selain harga ini CPO plus alfa [fix USD per metrik ton]. Sementara beberapa variable cost di dalam conversation cost biodiesel itu seperti methanol, katalis, sodium metilet tuh selalu mengikuti harga pasar setiap hari,” jelasnya.
Lebih lanjut, Dr. Jummy menyoroti pentingnya peningkatan kualitas dan penyesuaian standar untuk memenuhi permintaan konsumen global. Penyesuaian ini, menurutnya, bisa menjadi tantangan jika tidak diimbangi dengan penyesuaian harga.
“Jadi ketika diminta perubahan kualitas dan perubahan lainnya, tapi ketika dari sisi harga tidak mengikutinya, hal ini merupakan ketidakpastian bagi kami industri,” tambahnya.
Dalam acara yang dihadiri oleh sejumlah ahli dan pelaku industri sawit tersebut, Dr. Jummy juga memaparkan bagaimana riset yang berkelanjutan di bidang kelapa sawit telah menghasilkan inovasi penting untuk industri energi terbarukan di Indonesia. Pengembangan biodiesel B40 dinilai sebagai salah satu bentuk kontribusi besar kelapa sawit dalam mewujudkan kemandirian energi dan menjaga keberlanjutan industri sawit nasional.
PERISAI 2024 menjadi ajang penting untuk mempertemukan berbagai pihak dalam membahas riset dan inovasi terbaru di sektor kelapa sawit, terutama terkait dengan peluang dan tantangan dalam pengembangan biodiesel di masa depan. Dr. Jummy berharap, dengan kerja sama antara industri, pemerintah, dan akademisi, kelapa sawit dapat terus menjadi komoditas strategis bagi Indonesia, baik sebagai bahan baku ekspor maupun energi terbarukan.***